Toroh, NU Online Grobogan – Sejumlah petani Desa Sugihan Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan yang sedang panen raya merasa resah dengan sulitnya jual hasil panen saat ini.
Cuaca yang tidak menentu menjadi kendala tersendiri bagi petani ditambah lagi sulitnya jual gabah karena tidak adanya pembeli lokal yang mampu menampung hasil panen.
"Hasil panen biasanya dibeli oleh pedagang asal Jawa Barat, namun saat ini mereka berhenti membeli karena gudang stop," ucap
petani Desa Sugihan, Kasdi, Jumat (10/6).
Padahal ongkos panen saat ini per 0,25 hektar mencapai Rp 500 - 600 ribu. Petani juga keluhkan harga pupuk non subsidi yang mahal, sementara pupuk subsidi langka.
Para petani berharap pemerintah dapat mengatasi kendala yang mengakar sejak lama, dengan membuat kebijakan yang berpihak pada petani, termasuk stabilitas harga jual gabah saat musim panen.
"Panen musim ini terbilang bagus, hanya saja hama tikus masih ada, sehingga hasil panen berkurang," imbuhnya.
Dijelaskannya, harga tebas padi hanya berkisar Rp 2 - 3 juta per 0,25 hektare, sedangkan harga jual gabah berkisar Rp 4200 per kilogram. Untuk hasil panen juga megalami penurunan yakni per 0,25 hektar hanya menghasilkan 7-8 kwintal.
Tak tahan dengan kendala tahunan tersebut sebagaian petani memilih menanam Okra (sejenis tanaman sayuran) selain mudah dalam perawatan juga minim hama tikus.
Usia Okra lebih pendek dari padi dan jagung, cukup 82 hari, Okra sudah bisa panen. Adapun panen dapat dilakukan seminggu 3 kali oleh petani.
Mrd/ Rbd